"Dan patung itu adalah cermin dari keberhasilan pertempuran di Irian Barat sehingga dilukiskan dalam bentuk patung,”
Merdeka.com, Pasuruan - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko menegaskan bahwa patung pahlawan, seperti yang berada di Tugu Tani di Jakarta bukanlah simbol komunis sebagaimana belakangan ini dituding sebagai simbol komunis oleh pihak tertentu..
Untuk itulah, dia mengajak semua pihak untuk bijak memaknai simbol-simbol, termasuk patung pahlawan yang berdiri di Menteng Jakarta Pusat, atau yang dikenal luas sebagai Tugu Tani tersebut.
"Jangan lihat dari fisiknya, tapi lihat untuk apa patung itu dulu dibuat. Patung itu adalah patung pahlawan. Dan patung itu adalah cermin dari keberhasilan pertempuran di Irian Barat sehingga dilukiskan dalam bentuk patung,” ujar Moeldoko kepada sejumlah wartawan, saat ditemui usai memberikan kuliah umum di Universitas Yudharta Pasuruan, Senin (2/10).
Pria yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu mengatakan, simbol itu menggambarkan bagaimana seorang ibu membekali anaknya yang akan berangkat ke medan operasi. Itu sebenarnya simbol dan ditarik menuju doktrin sistem pertahanan negara.
Menurutnya, sistem pertahanan negara yang dimaksud adalah Sistem Pertahanan Rakyat Semesta sebagaimana termaktub dalam UUD 1945, yang berbunyi bahwasanya sistem pertahanan negara tidak hanya dibangun oleh komponen utama, bukan hanya oleh TNI. "Di situ ada komponen cadangan (rakyat) dan di situ ada komponen pendukung,” papar doktor jebolan Universitas Indonesia (UI) ini.
Lebih lanjut Moeldoko mengatakan, jika semua pihak memaknai secara positif Sistem Pertahanan Rakyat Semesta yang digambarkan Patung Pahlawan tersebut, maka ini akan menjadi faktor yang membuat negara-negara lain gentar.
“Ini sebuah deterrent factor terhadap negara-negara lain. Hati-hati lho jangan coba-coba menyerang Indonesia, karena semua dari bangsa indonesia memiliki hak untuk mempertahankan kedaulatan negaranya,” tegas Moeldoko.
Sekadar diketahui, pada patung pahlawan yang berdiri sejak 1963 tersebut tertulis "Hanya Bangsa yang Dapat Menghargai Pahlawan-pahlawannya yang Dapat Menjadi Bangsa Besar.” (abu)