Dari struktur bangunannya, memadukan tiga budaya berbeda, yakni Tiong Hoa, Jawa dan Timur Tengah (Arab).
Merdeka.com, Pasuruan - Bagi masyarakat yang sedang melakukan perjalanan dari Kota Surabaya ke bagian wilayah Selatan. Khususnya yang melintasi jalur Surabaya-Malang kurang lengkap rasanya jika tak mampir ke Masjid Muhammad Cheng Hoo yang berada di sisi Barat Jalan Raya Pandaan Kabupaten Pasuruan.
Dari penelusuran Merdeka.com, tak hanya para pelancong yang memang sedari awal ingin mampir di masjid tersebut, namun juga para wisatawan yang sebelumnya ingin melakukan perjalanan wisata ke daerah Tretes, Prigen, ataupun Batu Kabupaten Malang kerap menambah jadwal destinasinya ketika melintasi masjid tersebut.
Ya, selain dapat beristirahat sejenak, melangsungkan ibadah salat, juga bisa sekaligus berwisata sejarah. Karena lokasinya yang juga cukup dekat dengan pasar buah Pandaan, sehabis salat dan berlama-lama di masjid tersebut, bisa langsung belanja oleh-oleh aneka buah di pasar itu.
Masjid Muhammad Cheng Hoo memiliki keunikan arsitektur. Dari struktur bangunannya, memadukan tiga budaya berbeda, yakni Tiong Hoa, Jawa dan Timur Tengah (Arab), meskipun ciri khas bangunan Tiong Hoa lebih menonjol. Secara keseluruhan gaya arsitekturnya memang mirip dengan Masjid Ceng Hoo di Surabaya yang lebih dulu dibangun dan menjadi salah satu ikon di kota itu.
Unsur budaya Tiong Hoa tampak pada warna dominan merah dan kuning emas serta bentuk dominan struktur masjid. Sedangkan pada unsur budaya Jawa, terlihat pada keberadaan struktur seperti joglo yang berada di bagian depan masjid.
Sementara ciri Timur Tengahnya terdapat pada ornamen-ornamen kaligrafi dan lainnya yang berada di masjid yang mulai dibangun pada 2003 dengan luas bangunan 50 x 50 meter, dengan dua lantai itu. Masjid yang dibangun untuk mengenang sejarah Laksamana muslim asal Negeri Tiongkok bernama Ceng Hoo dan pernah berlabuh di Tanah Jawa sekitar abad ke-15 itu, diresmikan pada tanggal 27 Juni 2008 silam.